Mekanisme
Gerak dan Mekanisme Pengendalian
Nanorobot
Robot meupakan mesin yang terdiri dari berbagai macam
komponen yang dapat melakukan berbagai kerja secara otomatis. Benda tersebut
biasanya digunakan oleh manusia untuk membantu
menyelesaikan pekerjaannya. Contoh pekerjaan yang dilakukan oleh robot mulai
dari memasang tutup pasta gigi di pabrik, hingga mengambil contoh batuan di
luar angkasa. Jika dipikir lebih lanjut, banyak sekali pekerjaan yang hanya
dapat dikerjakan olehh robot. Masing-masing robot memiliki bentuk tertentu
sesuai pekerjaan yang dilakukannya.
Kebanyakan
orang menganggap bahwa robot selalu berbentuk manusia, mempunyai kaki dan
tangan. Tetapi, hal tersebut kurang tepat. Asal dapat bekerja secara otomatis,
benda mesin tersebut bisa disebut sebagai robot. Berbagai robot yang sederhana
hingga kompleks seperti manusia sudah diciptakan. Salah sastu contohnya adalah
mesin berbentuk mobil yang mampu memdamkan api secara otomatis. Salah satu
contoh robot yang sangat sederhana adalah nanorobots.
Nanorobot
merupakan robot yang diciptakan dengan ukuran yang super kecil. Ukurannya dapat
sama kecilnya dengan sel manusia. Komponen penyusunnya terdiri dari berbagai
molekul yang memiliki bentuk dan struktur yang sesuai. Salah satu contoh molekul
yang digunakan sebagai komponen adalah buckyballs,
molekul karbon yang memiliki struktur seperti motif bola sepak. Molekul
tersebut dapat digunakan untuk membentuk mobil dengan ukuran yang sangat kecil.
Contoh
dari nanobot yang alami adalah sel. Sel memiliki kemampuan untuk berkontraksi,
merubah bentuk, dan melakukan berbagai fungsi kerja. Mereka menggunakan bahan
bakar berupa ATP untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedikit banyak, pembuatan
nanorobot oleh manusia diilhami oleh kerja sel tersebut.
Pembuatan
nanorobot tidaklah semudah yang diharapkan. Untuk menyintesis bentuknya dapat
dilakukan, namun masalahnya adalah bagaimana menggerakkan benda yang sangat
kecil tersebut. Manusia masih belum bisa merakit mesin seperti mesin-mesin
mobil dalam ukuran yang sangat kecil. Karena itu, para ilmuwan memikirkan
berbagai cara untuk menggerakkan nanorobot tanpa menggunakan mesin serumit
mesin-mesin yang berukuran makro. Selain untuk menggerakkan, para ilmuwan juga
memikirkan berbagai cara untuk mengendalikannya.
Untuk
menggerakkan benda yang seukuran sel, para ilmuwan menggunakan prinsip yang
dilakukan oleh semua sel hidup. Sel hidup memecah ATP (bentuk energi kimia)
menjadi energi mekanik. Proses tersebut menggunakan bantuan sejumlah enzim.
Energi hasil pemecahan ATP digunakan sel untuk melakukan berbagai gerakan.
Berdasarkan konsep tersebut, para ilmuwan mulai berfikir untuk membuat
nanorobot menggunakan bahan yang mampu mengurai bahan bakar dan menjadikannya
energi untuk bergerak.
Pada tahun 2004, Rustem Ismagilov dan George Whitesides,
membuat sebuah perahu dengan ukuran dalam skala sentimeter. Perahu tersebut
mampu bergerak di permukaan air yang bercampur hidrogen peroksida. Kapal
tersebut bergerak menggunakan gelembung yang dihasilkan dari pemecahan hidrogen
peroksida. Platinm yang dipasang di badan kapal mengatalis hidrogen peroksida
menjadi air dan oksigen.Gelembung oksigen yang dihasilkan mendorong kapal maju.
Dengan menggunakan prinsip kapal platinum tersebut,
Thomas E. Mallouk dan Ayusman Sen (peneliti nanorobot Universitas Pensylvania
2004) bermaksud membuat benda serupa namun dengan ukuran 2 mikrons x 350
nanometer (seukuran bakteri). Benda tersebut berbentuk batang, seperti kapsul
dua warna, yang terdiri dari platinum dan emas. Batang tersebut ditaruh dalam
cairan hidrogen peroksida. Tidak seperti kapal pada paragraf sebelumnya, batang
tersebut tenggelam bercampur dengan hidrogen peroksida yang berfungsi sebagai
bahan bakarnya. Batang tersebut mampu bergerak dengan kecepatan sepuluh
mikron/sekon.
Suksesnya percobaan di atas dapat disebut sebagai sebuah
keburuntungan. Hal tersebut karena batang yang bergerak tidak menggunakan
prinsip yang direncankan (menggunakan gelembung sebagai tenaga pendorong).
Dorongan dari gelembung tidak akan cukup untuk menggerakkan batang, kalaupun
dapat, itupun hanya satu perseratus nanometer. Batang yang digunakan tidak
memiliki cukup inersia untuk memanfaatkan tenaga dorongan. Selain itu, dengan
ukurannya yang sangat kecil, batang titanium yang berenang di air seperti
berenang dalam madu.
Batang tersebut dapat bergerak di dalam air dengan
memanfaatkan momen dipol air dan H+ (proton) yang dihasilkan dari pemecahan hidrogen
peroksida. Hidrogen peroksida dalam air terurai dengan bantuan titanium menjadi
proton (sebutan untuk H+ ) dan air. Proton yang dihasilkan menempel
ke permukaan alumunium. Selain itu, proton juga melekat pada air karena momen
dipol negatif yang dimiliki air. Proton pada permukaan batang bergerak dari
titanium ke emas. Air yang menempel pada proton pun ikut bergerak. Di sekitar
batang akan muncul aliran air, tidak seperti pada percobaan kapal yang airnya
diam. Hal tersebut menimbulkan energi yang digunakan oleh batang untuk
bergerak. Gerakaannya bersifat acak karena pengaruh gerak brown.
Setelah berhasil menggerakkan nanorobot, muncul masalah
bagaimana mengendalikannya. Nanorobot yang dibuat tidak akan berguna jika hanya
bergerak secara acak. Untuk itulah, para ilmuwan mencari berbagai cara untuk
membuat gerakannya terarah. Mekanisme untuk mengarahkan batang yang ditemukan
baru sebatas dua mekanisme. Mekanisme tersebut adalah menggunakan kompas dan
memanfaatkan gerak brown.
Mekanisme pengarah yang pertama adalah dengan memasang
sebuah magnet pada batang emas-titanium. Magnet tersebut memiliki kutub utara
selatan layaknya sebuah kompas dan berfungsi seperti kompas yang sesungguhnya. Untuk
membuatnya berjalan lurus batang dberikan medan magnet dari jarak beberapa
meter. Magnet yang dipasang pada batang memanfaatkan medan magnet tersebut
untuk menghasilkan torsi yang kemudian digunakan untuk melawan gaya yang
menyebabkan gerak brown. Batang emas-titanium juga menghasilkan torsi karena
terpengaruh magnet yang melekat padanya. Dengan mekanisme tersebut, akhirnya
batang robot mampu bergerak lurus dan dapat diarahkan.
Mekanisme yang kedua adalah mekanisme gerak dengan
memanfaatkan gerak brown. Mekanisme tersebut menggunakan prinsip sebuah sel
hidup memanfaatkan gerak brown. Sel hidup akan bergerak mengikuti gerak brown
saat arahnya tepat, dan menahannya saat arah geraknya tidak sesuai.
Orlin velev dari Universitas Carolina menggunakan gagasan
tersebut untuk menggerakkan nanorobot. Yang membedakan percobaan Orlin dan
percobaan sebelumnya adalah percobaannya mampu menggerakkan nanobot tanpa
menggunakan bahan bakar. Dia membenamkan sejenis dioda pada batang yang
digunakan. Batang tersebut ditaruh dalam air tanpa bahan bakar, dalam percobaan
sebelunya hidrogen peroksida. Batang tersebut kemudian diberikan medan secara
acak. Dioda yang dipasang mampu mengubah medan listrik tersebut menjadi medan
listrik statis pada arah tertentu. Hal tersebut mampu menghasilkan gaya yang
menyebabkan batang terdorong.
Orlin
juga mendemonstrasikan bahwa car tersebut juga dapat diaplikasikan pada model
yang berukuran lebih besar. Selain itu, mekanisme pengarahan menggunakan dioda
dianggap lebih efektif daripada menggunakan magnet nikel. Hal tersebut karean
mekanisme dioda memanfaatkan gerak brown sedangkan mekanisme nikel melawannya.
Dengan tanpa menggunakan bahan bakar, mekanisme pengarahan menggunakan dioda
akan dapat lebih mudah diaplikasikan.
Nanorobot
yang sudah dikembangkan dapat digunakan untuk berbagai macam hal. Salah satunya
adalah untuk proses pengobatan. Nanorobot dapat dimasukkan ke dalam tubuh dan
digunakan untuk menarik obat. Nanorobot yang sudah terikat dengan obat
diarahkan menuju bagian tubuh pasien yang membutuhkan pengobatan. Dengan cara
tersebut, pengobatan menjadi lebih efektif dan efisien.
Demikian uraian mengenai bagaimana menggerakkan nanorobot
dan mengatur arah geraknya. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa,
nanorobot mampu bergerak menggunakan aliran proton dan air serta memanfaatkan
gerak brown. Arah gerak nanorobot dapat diatur menggunakan kompas nikel dan
menggunakan dioda berukuran kecil.
0 komentar:
Posting Komentar