Islam Sebagai Landasan Berfikir
Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal pikiran dan
hawa nafsu. Dalam berfikir manusia menggunakan berbagai sudut pandang dan
persepsi yang bermacam-macam. Namun, pada hakikatnya persepsi dan pola pikir manusia
berdasarkan dua hal. Dua hal tersebut adalah iman dan kufur.
Iman memiliki arti mengakui, mencintai, melakukan apa
yang diperintah, dan tidak melakukan apa yang dilarang. Seseorang yang beriman
kepada Allah, dia akan menggunakan islam sebagai landasan berfikir dalam
melakukan segala sesuatu. Dia akan memiliki sesuatu yang disebut sebagai
basiroh. Basiroh merupakan suatu bentuk penglihatan yang berasal dari mata
hati. Seseoran yang memiliki basiroh yang baik akan mampu menilai seseorang
tanpa melakukan analisis. Basiroh menjadi pembimbing bagi orang yang beriman.
Perserpsi atau pola pikir yang benar (berdasarkan iman)
akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Seseorang yang menggunakan islam
sebagai landasan berfikir akan memiliki pemikiran yang islami. Pemikiran
tersebut menggunakan islam sebagai landasan untuk mengambil keputusan.
Pemikiran yang islami akan terwujud menjadi amal perbuatan yang islami.
Pola pikir yang kedua adalah pola pikir orang yang kufur.
Orang yang kufur akan menjadikan hawa nafsu sebagai landasan berfikir. Hawa
nafsu akan menjadi pembimbing hidupnya. Karena hanya mengikuti hawa nafsu atau
keinginannya sendiri, orang tersebut akan memiliki pemikiran yang jahiliyah.
Jahiliyah bukan berarti bodoh dalam intelektual, melainkan bodoh karena dia
tidak memiliki landasan yang jelas (islam) dalam berfikir dan hanya
mengandalkan hawa nafsu yang tidak jelas arah tujuannya. Pemikiran tersebut
akan terwujud dalam amal atau perbuatan yang jahiliyah.
Berdasarkan beberapa paragraf di atas, pola pikir atau
persepsi manusia merupakan hal yang penting yang harus dijaga. Seseorang yang
memiliki keislaman yang baik akan sangat mudah disesatkan apabila pola pikir
atau persepsinya mampu digoyahkan dan berganti dengan pola pikir yang tidak
islami. Jika pola pikirnya sudah melenceng, pemikirannya pun akan melenceng,
dan akhirnya amal perbuatannya akan melenceng.
Pola belajar seseorang sering menggelincirkan seseorang
menuju kesesatan. Seseorang yang ingin menemukan kebenaran yang sejati akan
menanyakan segala sesuatu yang ada. Yang paling parah, orang tersebut
menanyakan tentang kebenaran islam, keberdaan Allah, kebenaran Nabi, dsb. Untuk
menghindari hal tersebut, dalam belajar harus ada batasan yang
diberlakukan. Batasan tersebut adalah
tidak melakukan objektifikasi, menyadari bahwa manusia memiliki keterbatasan,
agama tidak terbatas, dan kebenaran yang paling benar hanya milik Allah.
Manusia hanya akan mendapatkan apa yang ingin dia ketahui hanya jika Allah
menghendakinya.
0 komentar:
Posting Komentar