April
merupakan bulan ke empat dari dari dua belas bulan dalam kalender masehi. Saat
memasuki bulan tersebut, sadar ataupun tidak, perkuliahan sudah berjalan selama kurang lebih dua bulan. Salah
satu momen krusial yang terjadi di bulan tersebut adalah ujian tengah semester,
atau mahasiswa lebih suka menyingkatnya menjadi UTS. Ada juga mahasiswa iseng
yang mengganti namanya menjadi Ujian Tidak Serius.
UTS
merupakan sebuah ajang dimana mahasiswa diuji setelah kurang lebih setengah
semester bergelut dengan berbagai materi perkuliahan. Sebagian mahasiswa
menganggap bahwa momen tersebut merupakan sebuah momen sakral yang akan
menentukan nasib mereka satu semester kedepan. Namun, tak sedikit yang senang
karena perkuliahan ditiadakan dan mereka dapat mengurus hal lain yang susah
dikerjakan saat perkuliahan berlangsung, termasuk penulis tentunya, hehe.
Nah,
salah satu penyakit yang sering
menjangkit mahasiswa saat UTS adalah pola pikir bahwa “nilai adalah segalanya.” Ga salah juga sih mengharapkan nilai yang
tinggi dalam suatu ujian. Tapi banyak mahasiswa yang bisa dibilang mengandalkan
segala cara untuk mendapatkan nilai tinggi, gila ga tuh. Padahal jika kita
dalami, UTS bukan sekedar ajang untuk mengejar nilai tapi merupakan sebuah
ajang dimana kita dalam mencari ridlo Allah. Nah lo, kok bisa begitu?
Dalam
paragraf sebelumnya telah disebut bahwa UTS merupakan sebuah ajang untuk
menguji kita setelah menjalani perkuliahan selama setengah semester. Kuliah
bisa dibilang sebagai salah satu dari sekian banyak jalan yang ditempuh manusia
dalam mencari ilmu. Dan pasti kita sudah mengetahui bahwa mencari ilmu
merupakan sebuah kewajiban bagi kaum muslim. Seorang muslim dituntut untuk
mencari ilmu sebanyak-banyaknya selama mereka hidup. Selain itu, orang yang
berilmu memiliki keutamaan daripada sebagian mereka yang tidak memilikinya.
Allah Subhanallahu wataala berfirman : "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"(Az Zumar:9)
Selain itu, Allah juga memuliakan orang yang
mencari dan memiliki ilmu. Para ulama atau bahasa kerennya orang yang berilmu
memiliki keistimewaan tertentu di sisi Allah. Allah juga memberi mereka
kebaikan dan berbagai karunia. Contoh dari pertanyaan tersebut misalnya, dalam
menghadapi masalah orang yang berilmu akan memilki banyak jalan untuk
memecahkannya karena dia memiliki pengetahuan dalam berbagai hal. Beda halnya
dengan orang yang tak berilmu, dia akan merasa kesulitan karena hanya memiliki
cara yang terbatas dalam menyelesaikannya. Mungkin itu hanya segelintir karunia
dari begitu banyak karunia yang Allah berikan bagi orang yang memiliki ilmu.
Dalam salah satu surat Allah berfirman : "Allah
menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur`an dan As-Sunnah)
kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu,
ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran." (Al-Baqarah:269)
Jadi jelas kan, menuntut ilmu itu penting banget
bagi seorang muslim. Kita tidak akan mengetahui sudah sejauh apa pemahaman kita
terhadap ilmu yang kita terima dalam perkuliahan tanpa adanya suatu ujian. Nah,
UTS merupakan salah satu dari banyak cara dalam kita menguji pehaman kita. Apa
artinya jika kita tidak mengetahui sejauh mana pemahaman kita terhadap ilmu
yang kita terima. Apalagi kalau sampai kita keliru dalam memahaminya, wuih bisa
berabe. Mumpung ada kesempatan buat mengujinya tanpa dipungut biaya, maka
manfaatkanlah kesempatan itu sebaik-baiknya, ujian SIM aja bayar.
Yang kedua, mari kita bayangkan sejenak kedua
orang tua yang menyayangi kita. Mereka pasti ingin putra atau putri kebanggaan
mereka menjadi insan yang berilmu. Mereka memiliki ekspektasi yang tinggi
kepada anak mereka yang berkuliah di perguruan tinggi. Mungkin sesekali mereka
pernah berkata “Wah, anakku udah kuliah nih, pasti bakal jadi orang yang pintar
dan berguna bagi sesama J.” Jika memang hal tersebut terjadi, maka sebagai
seorang anak yang arif dan bijaksana kita harus memenuhi keinginan mereka
dengan mengembangkan ilmu yang kita miliki dan menjadi orang yang berguna bagi
sesama.
Apa jadinya jika kita hanya mementingkan nilai
tanpa mementingkan aspek keilmuannya?. Jika memang begitu, mungkin kita akan mendapatkan
nilai yang bagus dan bisa lulus dengan predikat cumlaude. Tapi predikat
tersebut tidak akan ada artinya jika kita tidak menguasai keilmuannya. Predikat
kita hanya pajangan belaka, ada problem yang berkaitan dengan bidang keilmuan
kita tapi kita tidak bisa menyelesaikannya, bisa-bisa orang tua kita kecewa
dengan apa yang telah kita lakukan. Padahal ridho orang tua juga menjadi ridho
Allah lho. Apa jadinya, kalau orang tua kecewa dan tidak ridho kepada kita,
bisa ribet urusan kita. Allah SWT berfirman :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada
kedua orang tuanya, (terutama kepada ibunya), karena ibunyalah yang
mengandungnya dengan berbagai susah payah, dan menyapihnya dalam (umur) dua
tahun. Oleh karena itu hendaklah kamu bersyukur kepada Ku (hai manusia) dan
juga kepada Kedua orang tuamu.” ( QS. Luqman 14 )
Nah, mulai sekarang mari kita sama memperbaiki
diri. Ilmu merupakan hal utama yang kita kejar dalam perkuliahan, bukan hanya
sekedar nilai yang bagus. Mari terus belajar dan mengembangkan ilmu kita,
jangan hanya belajar saat akan ujian dan yang dipelajari hanya soal-soal tahun
sebelumnya. Kan ada yang bilang tuh, belajarlah bukan untuk menjadi sukses tapi
untuk mencari kesempurnaan, kesuksesan akan mengejar orang yang memiliki ilmu.
Sekian artikel kali ini semoga bermanfaat, sukses UTSnya :D.
0 komentar:
Posting Komentar