Selasa, 02 April 2013

UTS : Antara Mencari Ridho Allah dan Mencari Nilai


April merupakan bulan ke empat dari dari dua belas bulan dalam kalender masehi. Saat memasuki bulan tersebut, sadar ataupun tidak, perkuliahan sudah  berjalan selama kurang lebih dua bulan. Salah satu momen krusial yang terjadi di bulan tersebut adalah ujian tengah semester, atau mahasiswa lebih suka menyingkatnya menjadi UTS. Ada juga mahasiswa iseng yang mengganti namanya menjadi Ujian Tidak Serius.
UTS merupakan sebuah ajang dimana mahasiswa diuji setelah kurang lebih setengah semester bergelut dengan berbagai materi perkuliahan. Sebagian mahasiswa menganggap bahwa momen tersebut merupakan sebuah momen sakral yang akan menentukan nasib mereka satu semester kedepan. Namun, tak sedikit yang senang karena perkuliahan ditiadakan dan mereka dapat mengurus hal lain yang susah dikerjakan saat perkuliahan berlangsung, termasuk penulis tentunya, hehe.

Nah, salah satu  penyakit yang sering menjangkit mahasiswa saat UTS adalah pola pikir bahwa “nilai adalah segalanya.” Ga salah juga sih mengharapkan nilai yang tinggi dalam suatu ujian. Tapi banyak mahasiswa yang bisa dibilang mengandalkan segala cara untuk mendapatkan nilai tinggi, gila ga tuh. Padahal jika kita dalami, UTS bukan sekedar ajang untuk mengejar nilai tapi merupakan sebuah ajang dimana kita dalam mencari ridlo Allah.  Nah lo, kok bisa begitu?
Dalam paragraf sebelumnya telah disebut bahwa UTS merupakan sebuah ajang untuk menguji kita setelah menjalani perkuliahan selama setengah semester. Kuliah bisa dibilang sebagai salah satu dari sekian banyak jalan yang ditempuh manusia dalam mencari ilmu. Dan pasti kita sudah mengetahui bahwa mencari ilmu merupakan sebuah kewajiban bagi kaum muslim. Seorang muslim dituntut untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya selama mereka hidup. Selain itu, orang yang berilmu memiliki keutamaan daripada sebagian mereka yang tidak memilikinya. Allah Subhanallahu wataala berfirman : "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"(Az Zumar:9)
Selain itu, Allah juga memuliakan orang yang mencari dan memiliki ilmu. Para ulama atau bahasa kerennya orang yang berilmu memiliki keistimewaan tertentu di sisi Allah. Allah juga memberi mereka kebaikan dan berbagai karunia. Contoh dari pertanyaan tersebut misalnya, dalam menghadapi masalah orang yang berilmu akan memilki banyak jalan untuk memecahkannya karena dia memiliki pengetahuan dalam berbagai hal. Beda halnya dengan orang yang tak berilmu, dia akan merasa kesulitan karena hanya memiliki cara yang terbatas dalam menyelesaikannya. Mungkin itu hanya segelintir karunia dari begitu banyak karunia yang Allah berikan bagi orang yang memiliki ilmu. Dalam salah satu surat Allah berfirman : "Allah menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur`an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran." (Al-Baqarah:269)
Jadi jelas kan, menuntut ilmu itu penting banget bagi seorang muslim. Kita tidak akan mengetahui sudah sejauh apa pemahaman kita terhadap ilmu yang kita terima dalam perkuliahan tanpa adanya suatu ujian. Nah, UTS merupakan salah satu dari banyak cara dalam kita menguji pehaman kita. Apa artinya jika kita tidak mengetahui sejauh mana pemahaman kita terhadap ilmu yang kita terima. Apalagi kalau sampai kita keliru dalam memahaminya, wuih bisa berabe. Mumpung ada kesempatan buat mengujinya tanpa dipungut biaya, maka manfaatkanlah kesempatan itu sebaik-baiknya, ujian SIM aja bayar.
Yang kedua, mari kita bayangkan sejenak kedua orang tua yang menyayangi kita. Mereka pasti ingin putra atau putri kebanggaan mereka menjadi insan yang berilmu. Mereka memiliki ekspektasi yang tinggi kepada anak mereka yang berkuliah di perguruan tinggi. Mungkin sesekali mereka pernah berkata “Wah, anakku udah kuliah nih, pasti bakal jadi orang yang pintar dan berguna bagi sesama J.” Jika memang hal tersebut terjadi, maka sebagai seorang anak yang arif dan bijaksana kita harus memenuhi keinginan mereka dengan mengembangkan ilmu yang kita miliki dan menjadi orang yang berguna bagi sesama.
Apa jadinya jika kita hanya mementingkan nilai tanpa mementingkan aspek keilmuannya?. Jika memang begitu, mungkin kita akan mendapatkan nilai yang bagus dan bisa lulus dengan predikat cumlaude. Tapi predikat tersebut tidak akan ada artinya jika kita tidak menguasai keilmuannya. Predikat kita hanya pajangan belaka, ada problem yang berkaitan dengan bidang keilmuan kita tapi kita tidak bisa menyelesaikannya, bisa-bisa orang tua kita kecewa dengan apa yang telah kita lakukan. Padahal ridho orang tua juga menjadi ridho Allah lho. Apa jadinya, kalau orang tua kecewa dan tidak ridho kepada kita, bisa ribet urusan kita. Allah SWT berfirman :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, (terutama kepada ibunya), karena ibunyalah yang mengandungnya dengan berbagai susah payah, dan menyapihnya dalam (umur) dua tahun. Oleh karena itu hendaklah kamu bersyukur kepada Ku (hai manusia) dan juga kepada Kedua orang tuamu.” ( QS. Luqman 14 )

Nah, mulai sekarang mari kita sama memperbaiki diri. Ilmu merupakan hal utama yang kita kejar dalam perkuliahan, bukan hanya sekedar nilai yang bagus. Mari terus belajar dan mengembangkan ilmu kita, jangan hanya belajar saat akan ujian dan yang dipelajari hanya soal-soal tahun sebelumnya. Kan ada yang bilang tuh, belajarlah bukan untuk menjadi sukses tapi untuk mencari kesempurnaan, kesuksesan akan mengejar orang yang memiliki ilmu. Sekian artikel kali ini semoga bermanfaat, sukses UTSnya :D.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes